ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Konversi Lahan Sebabkan Turunnya Produksi Padi Kaltim

December 25, 2010 by  
Filed under Berita

Share this news

SAMARINDA – vivaborneo.com – Besarnya alih fungsi lahan atau konversi dari pertanian menuju sektor non pertanian, diantaranya pertambangan mengakibatkan pencapaian program Swasembada beras di Kaltim mengalami keterlambatan. Selain itu, tingginya pertumbuhan penduduk Kaltim yang kini berjumlah 3,5 juta penduduk dari sebelumnya 3,1 juta, menambah beban pencapaian target swasembada beras tersebut.

Demikian dijelaskan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Eddy Heflin saat memberikan jawaban terhadap pertanyaan Komisi IV DPR yang membidangi pertanian, kelautan, perkebunan dan kehutanan, Senin malam.

“Dalam waktu empat tahun dari 2006 sampai 2009, sawah yang dapat ditanami dua kali setahun berkurang dari 35.913 hektar menjadi 25.492 hektar. Terjadi penurunan pertanian fungsional sebesar 10.421 hektar,” ujarnya.

Selain lahan pertanian yang ditanami dua tahun sekali yang banyak mengalami konversi lahan, lahan pertanian yang ditanami setahun sekali dan lahan padi ladang juga mengalami penurunan.

Sebenaranya, potensi lahan padi di Kaltim masih cukup besar yaitu mencapai 206.480 hektar. Namun potensi tersebut baru termanfaatkan sekitar 111.332 hektar atau 53,91 persen saja. Sehingga masiih ada potensi lahan pertanian sebesar 95.158 hektar yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Kaltim.

“Masalahnya sekarang adalah, dari 95.158 hektar tersebut, kebanyakan berada di kabupaten yang berada di pedalaman dan terpencil serta tidak memiliki penduduk yang cukup untuk menggarap atau mencetak lahan pertanian. Lahannya ada, penduduknya tidak ada,” jelasnya..(vb/yul)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.