ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Bertanam ”Raja Buah” di Kebun

September 4, 2009 by  
Filed under Nusantara

Share this news

Durian adalah nama tumbuhan tropik yang berasal dari Asia Tenggara, sekaligus nama buahnya yang bisa dimakan. Nama ini diambil dari ciri khas kulit buahnya yang keras dan berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai duri.  Durian berasal dari Indonesia, Malaysia, dan Brunei, meskipun pohonnya dapat tumbuh di sembarang cuaca yang serupa. Pusat keragaman biologi dan ekologi durian adalah Borneo (Pulau Kalimantan).

durian dijajakan dipinggir jalan

durian dijajakan dipinggir jalan

Akan tetapi yang menjadi eksportir penting durian adalah Thailand, yang mampu mengembangkan kultivar dengan mutu tinggi. Tempat yang lain di mana durian ditanam termasuk Mindanao di Filipina, Queensland di Australia, Kamboja, Laos, Vietnam, India, dan Sri Lanka.

Tumbuhan dengan nama ini bukanlah spesies tunggal tetapi sekelompok tumbuhan dari marga (genus) Durio. Sedangkan jenis-jenis durian lain yang dapat dimakan dan kadangkala ditemukan di pasaran setempat di Asia Tenggara di antaranya D. kutejensis (lai), D. oxleyanus (kerantungan), D. graveolens (durian kura-kura atau kekura), serta D. dulcis (lahung).

Durian terutama dipelihara orang untuk buahnya, yang umumnya dimakan dalam keadaan segar. Rasanya manis hingga sedikit pahit dan sangat bergizi karena mengandung banyak karbohidrat, lemak, protein dan mineral. Namun, di Jawa Barat, pohon durian dapat dijadikan jaminan saat berutang. Selama utang belum dilunasi, si pemberi pinjaman berhak atas buah yang dihasilkan.

Pada musim raya durian, buah ini dapat dihasilkan dengan berlimpah, terutama di sentra-sentra produksinya di daerah. Secara tradisional, daging buah yang berlebih-lebihan ini biasa diawetkan dengan memasaknya bersama gula menjadi dodol durian (biasa disebut lempok), atau memfermentasikannya menjadi tempoyak.  Selanjutnya, tempoyak yang rasanya masam ini biasa menjadi bahan masakan seperti sambal tempoyak yng dapat menambah selera makan.

Durian pun kerap diolah menjadi campuran bahan kue-kue tradisional, seperti gelamai atau jenang. Terkadang, durian dicampurkan dalam hidangan nasi pulut (ketan) bersama dengan santan.

durian sitokong

durian sitokong

Dalam dunia masa kini, durian (atau aromanya) biasa dicampurkan dalam gula-gula, es krim, susu, dan pelbagai jenis minuman lainnya. Bahkan kini, ada kondom dengan rasa durian!! Orang Malaysia juga percaya bahwa durian adalah obat perangsang, mempunyai ungkapan khusus, ”Jika durian jatuh, sarung akan naik”.

Bijinya biasa dimakan sebagai camilan setelah direbus atau dibakar, atau dicampurkan dalam kolak durian. Biji durian yang mentah beracun dan tak dapat dimakan karena mengandung asam lemak siklopropena (cyclopropene). Kuncup daun (pucuk), mahkota bunga, dan buah yang muda dapat dimasak sebagai sayuran.

Beberapa bagian tumbuhan terkadang dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional. Akarnya dimanfaatkan sebagai obat demam. Daunnya, dicampur dengan jeringau (Acorus calamus), digunakan untuk menyembuhkan cantengan (infeksi pada kuku). Kulit buahnya untuk mengobati ruam pada kulit (sakit kurap) dan susah buang air besar (sembelit).

Kulit buah ini pun biasa dibakar dan abunya digunakan dalam ramuan untuk melancarkan haid dan menggugurkan kandungan. Abu dan air rendaman abu ini juga digunakan sebagai campuran pewarna tradisional. Beberapa masyarakat di Jawa menggunakan kulit durian yang telah dimakan sebagai pengusir (repellent) tikus dengan meletakkannya di sudut ruangan.

Setiap 100 g salut biji mengandung 67 g air, 28,3 g karbohidrat, 2,5 g lemak, 2,5 g protein, 1,4 g serat; serta memiliki nilai energi sebesar 520 kJ. Durian juga banyak mengandung vitamin B1, B2, dan vitamin C; serta kalium, kalsium dan fosfor.

Banyak orang menganggap buah durian sebagai buah yang enak. Masyarakat sering menyebutnya “raja buah-buahan”. Akan tetapi sebagian orang tidak tahan akan baunya yang menyengat. Karena baunya yang keras, sejumlah perusahaan melarang orang membawa durian, misalnya di kabin pesawat udara, di kendaraan angkutan umum ataupun dibawa ke hotel.

Durian dianggap sebagai makanan panas, dan sehabis makan durian biasanya tubuh kita akan berkeringat. Untuk mengatasinya, tuangkan air pada bagian kulit buah yang telah kosong, lalu diminum, sebagai penawarnya. Selain itu, musim durian biasanya terjadi bersamaan dengan manggis yang dianggap mendinginkan badan. Oleh itu kedua buah ini biasanya dimakan secara bersama-sama.

Orang yang mempunyai penyakit tekanan darah tinggi, dianjurkan agar menghindari durian karena buah ini dianggap dapat menambah tekanan pada darah. Begitupun wanita hamil dan menyusui sebaiknya menghindari makan buah durian. Air susu ibu yang ”terkontaminasi” rasa durian dapat membuat mabok sang bayi.

Budidaya dan perbanyakan;

Durian Lai, foto:Faisal.M

Durian Lai, foto:Faisal.M

Durian dikenal sebagai ”Raja” dari segala buah. Jika kita memiliki kebun dan tidak ditamai dengan pohon durian, maka kebun tersebut terasa ”hampa”, tidak memiliki aura layaknya sebuah kebun buah.

Tanaman ini memerlukan tanah yang dalam, ringan dan berdrainase baik, tidak tergenang air. Durian juga memerlukan lindungan alam, agar pohon atau cabang-cabangnya yang sarat buah tidak patah diterpa angin yang kuat.

Perbanyakan durian di desa-desa umumnya dengan menggunakan biji. Biji durian bersifat recalcitrant, hanya dapat hidup dengan kadar air tinggi (di atas 30% berat) dan tanpa perlakuan tertentu hanya sanggup bertahan seminggu sebelum akhirnya embrionya mati. Sehingga biji ini harus segera disemaikan setelah buahnya dibuka.

Pohon durian mulai berbuah setelah 4-5 tahun, namun dalam budidaya dapat dipercepat jika menggunakan bibit hasil perbanyakan vegetatif. Teknik-teknik yang dipakai adalah pencangkokan (jarang), penyusuan (jarang), penyambungan sanding (inarching), penyambungan celah (cleft grafting), atau okulasi (budding).

Teknik yang terakhir ini sekarang yang paling banyak dilakukan. Beberapa penangkaran sekarang juga menerapkan penyambungan mikro (micrografting) bagi durian. Tercatat bahwa durian hasil perbanyakan vegetatif mampu berbunga setelah 3-4 tahun.(vb-01/berbagai sumber)


Share this news

Respon Pembaca

Satu Komentar untuk "Bertanam ”Raja Buah” di Kebun"

  1. ipul on Mon, 2nd Aug 2010 3:59 pm 

    kandungan gizi di dalam buah Lay itu apa aja ?mohon penjelasan detilnya ?

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.