ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Guntur Bisowarno Kembangkan Pertanian Berbasis Lingkungan

May 28, 2021 by  
Filed under Nusantara

Share this news

MALANG – Ketua Lembaga Kajian dan Riset Bamboo Spirit Nusantara (BSN) Indonesia Guntur Bisowarno mengembangkan Pertanian berbasis lingkungan di Desa Kertosari Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan.

Guntur Bisowarno yang alumnus Universitas Airlangga Surabaya Fakultas Farmasi tahun 1996 bersama rekannya Ucok, memberi pelatihan kepada petani membuat pupuk organik yang memiliki karakteristik, berkualitas dan tidak merusak struktur tanah. Disamping itu mudah pembuatannya , menguntungkan dan ekonomis. Hal ini dilakukan Guntur untuk mengubah pola piker petani agar tidak bergantung pada pupuk kimia.

“Dengan bahan baku yang melimpah, tersedia, murah dan mudah didapatkan seperti limbah kotoran sapi, unggas dan sebagainya Kenapa tidak dimanfaatkan sebagai bahan pupuk organik“ papar Guntur di kediamannya, Kamis ( 27/5/2021).

Guntur Bisowarno yang seorang apoteker bersama Khairudin Lubis (Ucok ) jurnalisTelevisi melakukan kegiatan pemberdayaan petani dengan program kembali ke alam. Menurut Guntur, BSN tertarik membantu petani sebagai bentuk kepedulian akbat dampak pandemi dan kenaikan harga pupuk.

Guntur Bisowarno dengan pupuk organik cair buatannya

“Isu kenaikan harga pupuk hampir selalu menghantui kehidupan para petani. Di sisi lain, hasil pertanian belum cukup untuk mengimbangi kenaikan harga pupuk yang semakin hari semakin tinggi dan tidak terkejar oleh kemampuan petani,“ tegas Guntur.

Menurutnya, nasib petani selalu terpinggirkan, belum menjadikan petani di Indonesia sebagai tuan rumah yang dihormati, diuntungkan, atau predikat lain yang tidak enak didengarnya.

Kenaikan harga pupuk yang terus melambung serta dosis penggunaan pupuk anorganik (kimia) semakin besar dalam setiap proses produksi akan membebani petani dalam mengeluarkan biaya produksi. Disinyalir penggunaan pupukan organik (kimia) yang terus menerus tanpa diimbangi penggunaan pupuk organik akan merusak sifat fisik dan kimia tanah termasuk rusaknya kehidupan mikroorganisme dalam tanah.

“Kami carikan alternatif penggunaan pupuk alami yang sehat dan efektif. Penggunaan pupukal amiah (organik) yang berkualitas sangat diperlukan guna memperbaiki kondisi tanah. Upaya pengadaan pupuk organik berkualitas dengan teknologi sederhana dan biaya yang murah mutlak diperlukan guna kelangsungan proses produksi petani,“ tambah Guntur.

Guntur menyebutkan program pemberdayaan petani di Desa Kertosari ini sudah berjalan 3 bulan dengan berbagai jenis tanaman seperti mangga, jagung, jeruk nipis, brambang (bawang merah), padi dan pisang dengan pola sistem tumpangsari.

Saat ini yang sudah berproduksi yakni tanaman brambang (bawang merah). Penggunaan pupuk organik binaan BSN (Bamboo Spirit Nusantara) Indonesia ini mampu meningkatkan hasil panen. Perhektarnya bisa 10 – 15 ton bawang merah. Selama ini dengan menggunakan pupuk kimiah hanya menghasilkan 4 Ton saja.

“Untuk tanaman buah bentuk daun lebih panjang dan tebal serta buah lebih besar,“ tandas Guntur.

Guntur Bisowarno tertarik dalam bidang pertanian setelah proses perenungan nasib petani yang terdampak pandemi Covid 19. Dengan pola tumpang sari, petani diajari juga menanam tanaman herbal (empon-empon) yang memiliki nilai ekonomis tinggi di era pendemi ini, seperti jahe, kencur, kunir dan sebagai. Apalagi Guntur juga ketua Apoteker Saintifikasi Jamu Indonesia ( Asji ), yang akanmemfasilitasi hasil panen petani.

“Sebagai ketua Apoteker Saintifikasi Jamu Indonesia – Asji, saya mempunyai kewajiban untuk member peluang petani terhadap tanaman herbal yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, sehingga tidak menggantungkan hasilpertanian semata “ ungkapnya.

(Buang Supeno ).


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.