ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Dinas Pertanian Kutim Kembangkan Komoditi Unggulan

November 11, 2020 by  
Filed under Nusantara

Share this news

SANGATTA – Untuk pengembangan tanaman jangka panjang di Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Dinas Pertanian (Distan) Kutim berusaha memetakan produk-produk pertanian, khususnya tanaman hortikultura. Satu Kecamatan akan dikembangkan satu produk unggulan.

“Kami menyebutnya, one region one variety. Artinya, satu Kecamatan, punya satu produk unggulan,” ungkap Kepala Dinas Pertanian Kutim Sugiono melalui Kepala Seksi Produksi  dan Perlindungan Hortikultura Wahyudi Nor.

Khusus untuk produk hortikultra, kata Wahyudi, saat ini pihaknya memang belum memiliki kajian akademis, yang secara komplek membahas tentang kesesuaian lahan dan sebagainya. Untuk itu, ia berharap kedepan bisa didukung pemerintah untuk penyusunan kajian tersebut. Tapi, arah kebijakan Distan sudah menuju pada kondisi kesesuaian lahan.

“Ada dua hal yang diperhatikan untuk menentukan suatu komoditas di suatu wilayah. Pertama adalah kondisi eksisting, kemudian kondisi kesesuaian lahan,” ucap Wahyudi.

Contohnya pengembangan durian di Kecamatan Telen. Kenapa di Telen? Karena, secara eksisting daerah-daerah utara seperti Telen, Muara Bengkal, Maura Ancalong, Long Mesangat dan Busang merupakan tumbuhan-tumbuhan endemik. Dengan harapan petani sudah terbiasa dengan tanaman itu. Kemudian kondisi tanahnya juga perlu diperhatikan.

Selanjutnya untuk pengembangannya nanti, Distan akan tetap mendampingi dengan mengerahkan penyuluh. Untuk komoditas yang dipilih merupakan variatas unggul. Di Telen pengemebangan durianya adalah musang king.

“Durian lokal atau montong harganya jualnya Rp 40 ribu/kg. Kalau musang king Rp 250 ribu/kg. Kami pilih adalah buah-buahan yang punya nilai ekonomi tinggi,” tuturnya.

Lebih jauh diungkapkan Wahyu, untuk Kelengkeng dikembangkan di Kecamatan Karangan. Alpukat di Kecamatan Sangatta Utara, alasannya lebih ke arah pertimbangan pasar.

“Kenapa alpukat di Sangatta Utara? Karena buah alpukat bisa langsung dikonsumsi dan menjadi olahan. UMKM kita juga sudah banyak di Sangatta, Booth penjualan juga sudah banyak dipinggir-pinggir jalan,” terangnya.

“Untuk alpukat, varietas yang dipilih adalah kendil. Dia menjelaskan, varietas ini kalau ditanah yang subur, satu buah minimal 1 kg beratnta. Jadi, dalam 1 buah bisa untuk 3 jus, apalagi es buah lebih hamat, tekstur lebih lembut dan rasanya pun enak,” tambahnya.

Lantas kenapa kelengkeng dikembangkan di Karangan? Karena diketahui, kelengkeng harganya tidak pernah turun, kisaran Rp 40 ribu/kg dan memiliki daya tahan lebih dari buah yang lain. Hal ini bisa mendukung kondisi pergerakan transportasi distribusi yang memakan waktu panjang. Artinya walaupun tertahan hingga dua hari, saat tiba di Sangatta kelengkeng varietas Kateki tersebut masih dalam kondisi segar. (hms15/hms3)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.