ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Lima Perkara Menjauhkan Dari Maksiat

February 11, 2019 by  
Filed under Opini

Share this news

Oleh : Usamah Bima Shafa / Santri Pondok Pesantren Ihsanul Fikri Kab.Magelang

Suatu hari, seorang pria menemui Ibrahim bin Adham, ia adalah seorang bengkel hati pada masa nya. Pria ini berkata kepada Ibrahim “Wahai Syeikh, aku adalah seorang pendosa dan aku amat menyukai kemaksiatan, bagaimana aku bias berhenti dari perbuatan keji ini?.”

Usamah Bima Shafa

Ibrahim berkata kepadanya, “Duduklah sini bersamaku. Ada lima perkara yang mana jika kau memahami ini kau akan berhenti dari perbuatan-perbuatan hina itu.”

Ibrahim melanjutkan,”Perkara yang pertama adalah jika kau mau melakukan maksiat, maka jangan engkau makan rezeki dari pemberian Allah.”

Pria ini berkata,”Bagaimana aku tidak makan rezeki yang Allah berikan? Padahal Dialah yang mengatur dan memberi rezeki kepada makhluk-Nya.”

Ibrahim berkata, “Kalau kau tahu ini, apakah elok kau memakan rezeki dari-Nya kemudian kau bermaksiat kepada-Nya?.”

Pria ini menjawab, “Tidak ya Syeikh, tolong lanjutkan perkara yang kedua.”

Ibrahim melanjutkan, “Perkara yang kedua adalah jika kau mau melakukan maksiat kepada Allah, maka janganlah kau tinggal di negeri milik Allah.”

Pria ini kebingungan dan berkata, “ Semua negeri itu milik Allah, tidak ada kepunyaan selain kepunyaan-Nya.”

Ibrahim berkata, “ Jika kau tahu itu, apakah pantas kau tinggal di negerinya dan bermaksiat di dalam negeri Allah?.”

Pria ini menjawab, “Tentu tidak ya Syeikh, tolong lanjutkan”

Ibrahim melanjutkannya, “Perkara yang ketiga adalah jika kau ingin bermaksiat maka carilah tempat yang mana di tempat itu Allah tidak melihatmu bermaksiat.”

Pria ini tambah bingung, “Allah melihat semuanya, baik yang nyata maupun yang gaib bahkan hewan kecil yang berjalan di bawah batu hitam dalam kegelapan malam Allah juga tau itu.”

Ibrahim berkata, “Jika kau tahu itu, apakah pantas kau sebagai makhluk yang lemah dan tak berdaya bermaksiat kepada-Nya?.”

Pria ini menjawab, “Sangat tidak pantas itu wahai syeikh, tolong lanjutkan kembali.”

Ibrahim melanjutkan, “ Perkara yang keempat adalah apabila malaikat maut datang kepadamu untuk mencabut nyawamu maka katakanlah “Tunda sampai batas waktu yang aku inginkan.””

Pria ini kepayahan dan pusing menanggapi perkara-perkara ini dan ia berkata “Allah sudah berFirman dalam Al-Qur’an “Setiap umat mempunyai batas waktu, apabila ajalnya tiba, mereka tak dapat meminta penundaan atau percepatan sekalipun.”(QS. Al-A’raf : 34).”

Ibrahim menanggapi, “Jika kau tahu hal itu, apakah kau masih merasa aman dan selamat dari kematian yang su’ul khotimah?”

Pria ini menjawab, “Tentu tidak, lanjutkan ya syeikh.”

Ibrahim berkata kembali, “Perkara yang kelima adalah jika ada malaikat Zabanniah (malaikat neraka Jahannam) datang kepadamu dan membawamu untuk ikut bersamanya maka janganlah kau ikuti dia.”

Belum selesai syaikh Ibrahim bin Adham menyampaikan semuanya, pria ini menangis dengan sejadi-jadinya dan bertaubat kepada Allah dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh-Nya. Kemudian ia pun menjadi orang yang shalih sampai maut menjemputnya.

(Dikutip dari kitab Sa’atan Sa’atan karya Syeikh Mahmud Al-Mishri dengan sedikit perubahan redaksi)

 

 


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.