Vaksin TBC Perlu Investigasi dan Koordinasi Serius
SAMARINDA – Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Mohammad Novan Syahronny Pasie, menyoroti isu uji coba vaksin Tuberkulosis (TBC) yang saat ini tengah dikembangkan pemerintah pusat bersama donor internasional, termasuk Bill Gates Foundation. Menurutnya, perkembangan ini masih perlu dikaji lebih dalam, khususnya terkait kesiapan dan dampaknya di tingkat daerah.

Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Mohammad Novan Syahronny Pasie
Novan menyatakan, pihaknya masih menunggu data resmi dan menyeluruh terkait lonjakan kasus TBC yang belakangan mulai meningkat di beberapa wilayah, termasuk Samarinda.
“Kami baru menerima laporan awal. Karena itu, perlu ada investigasi lebih lanjut untuk mengetahui penyebab peningkatan kasus ini. Apakah karena perubahan cuaca, gaya hidup masyarakat, atau faktor musiman tertentu?” jelas Novan di ruang kerjanya, Senin (26/5/2025).
Ia juga mengakui, sampai saat ini belum ada pembahasan mendalam di tingkat daerah terkait langkah konkret penanganan lonjakan TBC, termasuk rencana pelibatan Dinas Kesehatan dalam program vaksinasi yang sedang diuji coba secara nasional.
Terkait vaksin baru yang dikembangkan melalui kolaborasi antara pemerintah pusat dan donor global, Novan menyebutkan bahwa sejauh ini belum ada informasi teknis yang diterima oleh pemerintah daerah, termasuk distribusinya ke luar Pulau Jawa.
“Vaksin itu masih dalam tahap uji coba. Kita belum mendapatkan arahan atau petunjuk teknis apakah nanti akan sampai ke Samarinda atau belum,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya keterbukaan informasi dan koordinasi yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah.
Hal ini, menurutnya, krusial untuk memastikan kebijakan kesehatan berjalan efektif, terutama dalam menghadapi penyakit menular seperti TBC yang masih menjadi tantangan serius di Indonesia.
“Program sebaik apapun tidak akan berjalan maksimal tanpa komunikasi yang jelas antara pusat dan daerah,” tutup Novan. (mr)
Posyandu Diminta Jadi Garda Terdepan Cegah Stunting
SAMARINDA – Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Sri Puji Astuti menyoroti pentingnya peran posyandu sebagai garda terdepan dalam pencegahan dan penanganan stunting di Kota Samarinda.
Puji mengatakan keberhasilan program penurunan angka stunting sangat bergantung pada optimalnya kinerja posyandu di lapangan.

Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Sri Puji Astuti
“Posyandu bukan hanya tempat menimbang balita, tapi juga pusat pemantauan gizi dan sarana edukasi bagi para orang tua,” ujar Sri Puji, Kamis (22/5/2025).
Ia menekankan bahwa posyandu memiliki peran vital dalam mengumpulkan data pertumbuhan dan status gizi anak. Namun, rendahnya partisipasi masyarakat menjadi kendala tersendiri dalam mendapatkan data yang akurat.
“Kalau kunjungan ke posyandu masih rendah, sulit untuk mengetahui kondisi riil di lapangan,” jelasnya.
Data tahun 2024 menunjukkan bahwa tingkat kunjungan ke posyandu baru mencapai 61 persen, masih jauh dari target ideal sebesar 98 persen. Kondisi ini menjadi tantangan serius dalam memastikan akurasi data dan keberhasilan program pengentasan stunting.
Sri Puji pun mengajak seluruh elemen, mulai dari pemerintah daerah, DPRD, dunia usaha, hingga tokoh masyarakat, untuk bersama-sama meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya peran posyandu.
“DPRD siap turun langsung ke masyarakat untuk memberikan edukasi dan pendampingan. Sudah saatnya posyandu kembali menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat,” tegasnya. (mr)
Rumah Sakit di Samarinda Keterbatasan Kapasitas, Dinas Kesehatan Diminta Evaluasi
SAMARINDA – Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Sri Puji Astuti menyoroti permasalahan serius terkait keterbatasan kapasitas rumah sakit di kota Samarinda. Meskipun jumlah fasilitas kesehatan dinilai cukup, tingginya jumlah pasien, terutama dari luar daerah, membuat banyak rumah sakit kewalahan.
“Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, pasien dari luar Samarinda seperti dari Kutai Kartanegara dan Bontang menjadi penyumbang utama kepadatan layanan di rumah sakit kita,” ungkap Sri Puji, Kamis (22/5/2025).
Ia menjelaskan, keberadaan rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta sebenarnya sudah memadai secara jumlah. Namun, arus rujukan dari wilayah sekitar membuat kapasitas yang ada tidak lagi cukup untuk menampung lonjakan pasien.

Sri Puji Astuti
“Banyak pasien dari Kukar dan Bontang lebih memilih dirujuk ke Samarinda karena kualitas layanan, tapi ini berdampak pada overkapasitas di hampir semua rumah sakit,” jelasnya.
Kondisi ini dikhawatirkan akan semakin memburuk seiring dengan penerapan kebijakan Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) yang akan diberlakukan mulai Juni mendatang. Kebijakan tersebut menetapkan standar layanan tertentu bagi rumah sakit yang melayani pasien BPJS Kesehatan.
Ia menilai kebijakan KRIS ini berisiko menambah beban rumah sakit yang sudah penuh dan menciptakan antrean panjang.
“Kalau hanya 60% rumah sakit kita yang lolos standar KRIS, maka 40% sisanya tidak bisa layani pasien BPJS,” tegas politisi dari Partai Demokrat ini.
Sri Puji meminta Dinas Kesehatan Kota Samarinda untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kesiapan rumah sakit, termasuk memastikan ketersediaan tenaga medis dan kelengkapan fasilitas penunjang seperti alat kesehatan.
Tak hanya itu, ia juga menanggapi laporan masyarakat terkait dugaan malapraktik di salah satu rumah sakit swasta, menurutnya kasus seperti ini tidak boleh dianggap sepele. Harus ada evaluasi menyeluruh agar kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan tetap terjaga.
Menutup pernyataannya, Sri Puji menyampaikan harapannya agar layanan kesehatan di Samarinda terus dibenahi dan mampu memberikan pelayanan yang optimal.
“Masyarakat butuh jaminan bahwa mereka bisa mendapatkan layanan yang aman, cepat, dan berkualitas,” pungkasnya. (mr)
Balikpapan Menjadi Peringkat Pertama Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies di Kaltim
SAMARINDA – Kota Balikpapan tercatat sebagai wilayah dengan jumlah kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) tertinggi di Kalimantan Timur (Kaltim), dengan total 361 kasus hingga April 2025. Angka ini melampaui Samarinda (225 kasus), Kutai Barat (164 kasus), dan Kutai Timur (152 kasus).

Kepala Dinkes Kaltim, Jaya Mualimin
Data tersebut dirilis Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim berdasarkan pemantauan kasus GHPR sepanjang tahun berjalan. Kepala Dinkes Kaltim, Jaya Mualimin menyebut tingginya kasus di Balikpapan perlu menjadi perhatian serius pemerintah daerah setempat.
“Tingginya angka di Balikpapan ini perlu menjadi perhatian khusus untuk meningkatkan edukasi dan langkah-langkah pencegahan,” ujar Jaya saat ditemui di Samarinda, Rabu (21/5/2025).
Secara keseluruhan, Kaltim mencatat 1.334 kasus GHPR hingga April 2025, termasuk 391 kasus gigitan baru. Anjing tercatat sebagai hewan penular terbanyak dengan 705 kasus, disusul kucing (588 kasus), dan monyet atau kera (28 kasus).
Dinkes Kaltim telah memberikan Vaksin Anti Rabies (VAR) kepada 1.205 orang yang mengalami gigitan, serta Serum Anti Rabies (SAR) kepada tujuh orang dalam kondisi berisiko tinggi. Hingga kini, belum ada laporan kematian akibat rabies di wilayah ini.
“Virus rabies bersifat 100 persen fatal, tetapi juga 100 persen bisa dicegah. Respons cepat melalui VAR sangat krusial,” tegas Jaya.
Ia mengimbau masyarakat yang memiliki hewan peliharaan untuk rutin melakukan vaksinasi rabies dan segera melakukan penanganan awal jika terjadi gigitan—yakni dengan membilas luka menggunakan sabun dan disinfektan.
Untuk pencegahan rabies pada hewan, Dinkes bekerja sama dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kaltim dalam pemberian vaksinasi gratis, termasuk bagi hewan liar. Kapasitas pusat rabies di berbagai puskesmas dan rumah sakit juga terus diperkuat. (yud)
Dinas Kesehatan Kaltim Minta BPJS Kesehatan Beri Perlakuan Istimewa Jamaah Haji
SAMARINDA – Dinas Kesehatan Kaltim menginginkan Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan memberi perlakuan Istimewa melalui kemudahan pelayanan bagi jamaah haji. Kemudahan yang dimaksud adalah perlakuan yang berbeda untuk jamaah mengenai rujukan rumah sakit yang ditunjuk jika memang ada calon Jemaah yang harus dirawat. Tidak harus melalui sistem rujukan berjenjang, tapi diberi kemudahan.
Keinginan tersebut terungkap saat Rapat Koordinasi (Rakor) terkait pelayanan kesehatan jamaah haji tahun 2025 yang digelar secara daring, Selasa (20/5/2025). Rakor yang dipimpin Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, dr jaya Mualimin dan mengundang Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Utara dan dua provinsi lainnya yang masuk di kloter Kaltim yakni Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Utara dan Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah. Rakor ini digelar untuk evaluasi dan dilakukan setiap bulan selama pelaksanaan haji untuk membahas kendala jika memang ada terkait pelayanan kesehatan.
dr Jaya Mualimin menyebutkan, ada beberapa yang memang perlu dikoordinasikan, terutama peningkatan pelayanan kesehatan untuk jamaah. Istithaah atau kemampuan yang harus dipenuhi calon Jemaah haji yang semestinya dilakukan sebelum pelunasan biaya haji, untuk memastikan mereka dapat menunaikan ibadah haji dengan baik dan tanpa kesulitan.
Dijelaskan, para jamaah masih ada yang mengalami gangguan kesehatan. Inilah yang menurutnya perlu menjadi perhatian, termasuk oleh BPJS selaku penjamin kesehatan.
Dikatakan Jaya Mualimin, rakor juga mengundang BPJS wilayah VIII yang mencakup wilayah Kalimantan dan BPJS wilayah X yang mencakup wilayah Sulawesi. Diharapkan akan dapat mencari Solusi dalam perbaikan pelayanan haji.
“Kita sudah menginventarisir semua problem, termasuk yang menghambat pelayanan. Sesuai imbauan Kementerian kesehatan, semua calon Jemaah haji harus memiliki kepesertaan jaminan kesehatan, dan ini sudah terpenuhi. Karena itu dalam Rakor ini kami memohon kepada BPJS untuk memberikan kemudahan dalam pelayanan jaminan kesehatan,” jelas dr jaya.
Diterangkan, Kementerian Agama telah melakukan MoU dengan BPJS. Hal ini yang bisa dtindaklanjuti sehingga dapat melakukan tindakan dalam kekhususan dengan perlakuan istimewa untuk calon jemaah haji.
Saya yakin selama 40 hari atau 60 hari, pada saat musim haji, jamaah mengalami kondisi psikologis yang luar biasa. Ini yang harus kita bisa kelola psikis mereka agar mereka bisa menjalankan dan mendapat jaminan dari negara melalui tangan-tangan kita. Kita akan terus berkoordinasi selama musim haji,” pungkasnya. (adv)